PENGUJIAN IMPAK BAHAN NON FERRO
DISUSUN OLEH :
DEKA ROHMANA (5202416063)
WAHYU ADI SAPUTRO (5202416064)
ENGGAR BUDHI PRASETYO (5202416065)
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekarang ini kebutuhan akan material terutama logam dan logam
non ferro sangatlah penting. Besi dan baja merupakan salah satu kebutuhan yang
mendasar untuk suatu konstruksi, selain itu bahan non ferro seperti alumunium
juga sangat dibutuhkan. Dengan berbagai macam kebutuhan sifat mekanik yang
dibutuhkan oleh suatu material ialah berbeda-beda. Sifat mekanik tersebut
terutama meliputi kekerasan, keuletan, kekuatan, ketangguhan, serta sifat mampu
mesin yang baik. Dengan sifat pada masing-masing material berbeda, maka banyak
metode untuk menguji sifat apa sajakah yang dimiliki oleh suatu material
tersebut. Uji impak merupakan salah satu metode yang digunakkan untuk
mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan material. Oleh karena itu uji
impak banyak dipakai dalam bidang menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh
suatu material tersebut.
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan
yang cepat (rapid loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih
dahulu mengamati fenomena yang terjadi terhadap suatu kapal yang
berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi
getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban (tekanan)
dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan
yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum sehingga menyebabkan
kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat perbedaan dalam
pemberian jenis beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter
adalah pengujian yang menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak (fatigue)
menggunakan jenis beban dinamik. Pada uji impak, digunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini dapat dilihat
pada strain rate. Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak,
terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban
yang menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam
berbagai respon material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan,
dan efek inersia.
Rumusan Masalah :
1. Apa pengaruh
beban impak terhadap sifat mekanik material ?
2. Bagaimana standar
prosedur pengujian impak ?
3. Apa faktor
yang memengaruhi kegagalan material dengan beban impak ?
4. Bagaimana
kemampuan material terhadap beban impak dari berbagai temperatur yang di
ukur ?
Tujuan :
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik
material.
2.
Mengetahui standar prosedur pengujian impak.
3.
Mengetahui faktor yang memengaruhi kegagalan material
dengan beban impak.
4.
Mengetahui kemampuan material terhadap beban impak
dari berbagai temperatur yang di ukur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip
Pengujian Impak
1.
Meterial mendapat beban tiba-tiba
ayuan bandul godam pada ketinggian tertentu.
2.
Energi yang diserap SPECIMEN (joule) adalah selisih energi
potensial godam sebelum dan sesudah memukul (IMPACT) matrial.
3.
Besarnya keuletan (ketangguhan)
adalah energi yang diserap dibagi luas penampang spesimen.
B. Jenis-jenis Metode
Uji Impak
Secara
umum metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Metode Charpy
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi
spesimen uji pada tumpuan dengan posisi
horizontal/mendatar, dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan.
2. Metode Izod
Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi
spesimen uji pada tumpuan dengan posisi, dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
C. Perpatahan Impak
Secara
umum sebagai mana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
- Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
- Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas.
Informasi
lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi
bahan. Temperatur transisi adalah
temperatur yang menunjukkan transisip perubahan jenis perpatahan suatu bahan
bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur
yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet (ductile) sedangkan padat temperatur rendah material akan
bersifat rapuh atau getas (brittle).
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi
atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar
vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi
tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlah bahwa energi panas merupakan suatu driving
force terhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang
berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan
dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin
tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit sehingga
dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada
temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih sangat
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif
lebih rendah.
D. Patah Getas dan Patah Ulet
Secara umum perpatahan dapat
digolongkan menjadi dua golongan umum yaitu :
1. Patah Getas
Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya
retakan secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis terlebih
dahulu dan dalam waktu yang singkat. Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah
getas dinilai lebih berbahaya dari pada patah ulet, karena terjadi tanpa
disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada material berstruktur
martensit, atau material yang memiliki komposisi karbon yang sangat tinggi
sehingga sangat kuat namun rapuh.
Ciri-cirinya:
a.
Permukaannya terlihat
berbentuk granular, berkilat dan memantulkan
cahaya.
b. Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada
deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.
c. Tempo terjadinya patah lebih cepat
d. Bidang patahan relatif tegak lurus
terhadap tegangan tarik.
e. Tidak ada reduksi luas penampang
patahan, akibat adanya tegangan multiaksial.
2. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban
statis yang diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retakakan
berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya
deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga permukaan
patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain
itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan, jadi
bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada material
berstruktur bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon rendah (duta,
2011).
Ciri-cirinya
:
a.
Ada reduksi luas penampang patahan,
akibat tegangan uniaksial
b.
Tempo terjadinya patah lebih lama.
c.
Pertumbuhan retak lambat, tergantung
pada beban
d. Permukaan patahannya
terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa),
berserat, menyerap cahaya, dan penampilannya
buram.
E. Ketangguhan Bahan
Ketangguhan suatu bahan adalah
kemampuan suatu bahan material untuk menyerap energi pada daerah plastis atau
ketahanan bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan. Penyebab ketangguhan
bahan adalah pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya baja
di campur karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan bahan adalah :
1.
Bentuk
takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada
ketangguahan suatu material, karena adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi
tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang mengakibatkan energi impak
yang dimilikinya berbeda-beda pula. Ada beberapa jenis takikan berdasarkan
kategori masing-masing. Berikut ini adalah urutan energi impak yang dimiliki
oleh suatu bahan berdasarkan bentuk takikannya. Takikan dibagi menjadi beberapa
macam antara lain adalah sebagai berikut :
a. Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling
kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini disebabkan karena distribusi
tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.
b. Takikan segi empat
Memiliki energi yang lebih besar
pada takikan segitiga karena tegangan terdistribusi pada dua titik pada
sudutnya.
c. Takikan Setengah
lingkaran
Memiliki energi impak
yang terbesar karena distribusitegangan tersebar pada setiap sisinya, sehingga
tidak mudah patah.
2.
Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak
semakin kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun
sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah
apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya
semakin tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya,
dengan temperatur yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas tertentu
dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.
4.
Transisi
ulet rapuh
Hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya
kondisi struktur yang susah ditentukan oleh sistem tegangan yang bekerja pada
benda uji yang bervariasi, tergantung pada cara pengusiaannya
5.
Efek
komposisi ukuran butir
Ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan
ukuran besarnya. Semakin halus ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin
rapuh sedangkan bila ukurannya besar maka bahan akan ulet.
6.
Perlakuan
panas dan perpatahan
Perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau
mengamati besar-besar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir.
7.
Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi
Pengerasan kerja terjadi yang
ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil pada temperatur ruang yang
melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan sejumlah dislokasi serta adanya
pengukuran keuletan pada temperatur rendah
F. Deformasi Plastis dan Elastis
Suatu material dapat bertahan dari
energi tekan di karenakan energi tekan tidak melebihi energi material
itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk material yang di beri gaya
tarik atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan bila energi tarik atau tekan
di hilang kan benda tersebut akan kembali ke bentuk semula, contohnya saja pada
waktu kita maelakukan uji tarik, pada saat material yang kita uji di tarik maka
aka ada perubahan panjang pada material itu tetapi material itu akan kembali
pada bentuk semula apa bila gaya tarik di hilangkan. Sedangkan pada
deformasi plastis material yang sudah di beri gaya tarik hingga mengalami
perubahan panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah
gaya tarik di hilangkan. Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan
terdapat yang namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi
elastis itu berada di bawah batas luluh sedangkan untuk deformasi plastis
berada/melewati batas luluh suatu material, di mana untuk setiap material
memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Mengenai tentang struktur mikro,
pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan perubahan mikro begitu juga
ketika deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi elastis itu
dapat kita gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas.
Ketika kita deformasi elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita
tarik. Untuk deformasi plastis struktur mikro sudah berubah.
Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya ikatan antara Fe, kemudian adanya
pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya ukuran butir menjadi lebih kecil
dan gepeng karena deformasi plastis akibat tekanan). Pembentukan butir butir
baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro.
Biasanya daerah elastik itu dibatasi oleh
garis proporsioanal antara tegangan san tegangan, nah ujung dari titik
proporsioanl ini disebut sebagai yield point. Setelah keluar dari daerah
ini, disebut sebagai daerah plastic yang tidak akan kembali
kebentuk semula. Alasannya karena sudah terjadi perubahan, sedangkan di
daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini disebabkan
ketika masih di daerah elastis, logam dapat menahan beban yg diberikan yg
disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi. sehingga
menghambat pergerakkan dari dislokasi, sedangkan ketika sudah memasuki daerah
plastik, dislokasi sudah memotong batas butir.
BAB
II
METODOLOGI PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Jangka Sorong
2. Alat uji impak charpy
3. Specimen
4.
Alat (untuk membuat specimen) :
a.
Gergaji
b.
Ragum
c.
Amplas
d.
Kikir
B. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
1.
Pembuatan
benda uji sepecimen model charppy.
2.
Setting
mesin uji dan pemasangan sepecimen pada dudukannya.
3.
Pengujian
sepecimen (benda kerja).
4.
Menentukan
hasil uji keuletan/ketangguhan.
C. Hasil Pengujian
Adapun hasil data setelah melakukan praktikum ini adalah :
Tabel hasil data
percobaan metode charphy.
Tebal
|
Lebar
|
Kecepatan
|
Kekuatan
|
Sudut Jatuh
|
Hasil Pengukuran
|
35 mm
|
200 mm
|
3.46 m/sec
|
25.00 J
|
24.50°
|
335593.2 J/m²
|
D. Pembahasan
Dalam praktikum ini yang akan
dibahas adalah ketahanan impak, berapa ketahanan impak setelah diberi beban
kejut dan spesimen impak yang digunakan adalah ASTM = D 256. Sebelum melakukan
pengujian pertama ukur spesimen impek yang akan diuji dan diukur menggunakan
jangka sorong. Stelah melakukan pengukuran lalu pasang sepesimen pada alat
charpy kemudian setting alat uji impak charpy kemudian lakukan pengujian
setelah pengujian akan didapatkan hasil dari pengujian.
E. Simpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.
Impact
Test adalah suatu pengujian yang
dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu specimen terhadap pemberian
beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
2.
Semakin
rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin getas.
3.
Salah
satu hal yang mempengaruhi impak adalah temperatur. Semakin rendah
temperatur suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan
semakin tinggi temperatur maka material akan semakin ulet.
4.
Energi impak yang terbesar
terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada takikan segitiga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah terjadi pada
takikan bersudut.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletekesimpulannya copy paste dari web lain
ReplyDeletetolong kalau buat paper hasil praktikum buat dengan karya sendiri